Mukernas V
Mukernas V
- Kongres adalah pertemuan besar para wakil organisasi ( politik, sosial, profesi) untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan. Musyawarah dibutuhkan organisasi guru untuk memecahakan permasalahan fundamental yang terjadi di dimasa demokrasi liberal. Menjadi satu keharusan untuk memajukan organisasi PGRI ini agar tetap berkembang dan memperjuangkan nasib-nasib guru.
- Kongres V merupakan konsolidasi organisasi mulai nyata, lebih-lebih dalam pelaksanaan ART, komisariat-komisariat daerah dibetuk beserta susunan pengurusnya. Setelah itu, konferensi daerah (KONFERDA) mulai dilaksanakan. Jika pada mulanya Konferda dilaksanakan di Jawa (Cirebon, Solo, Jember) pada Maret 1952, maka selanjutnya KONFERDA meluas kepulau-pulau lainnya, misalnya 27 februari 1952 di Makassar, dan 20 Maret 1952 di Banjarmasin.
- Kongres V diadakan 10 bulan setelah Kongres IV di Yogyakarta. Selain untuk menyongsong Lustrum 1 PGRI. Dapat dikatakan bahwa kongres tersebut merupakan “Kongres Persatuan” untuk pertama kalinya cabang-cabang yang belum pernah hadir sebelumnya datang pada kongres ini yang secara keseluruhan melibatkan 202 cabang dari 301 cabang PGRI yang ada pada saat itu.
- Jika acara resepsi Kongres IV di Yogyakarta diadakan di bangsal Kepatihan tanpa membayar sewa, maka kongres V di Bandung sudah jauh lebih baik keadaanya. Resepsinya diadakan di Hotel Savoy Homann yang dibuka oleh Ketua PB PGRI, Rh. Koesnan. Kongres ini juga dihadiri oleh perwakilan luar negeri yang ada di jakarta. Rapat-rapat diadakan di Pusat Kebudayaan Jl. Naripan.
- Acara pun lebih bervariasi karena dalam kongres ini dibicarakan suatu masalah yang prinsip dan fundamental bagi kehidupan dan perkembangan PGRI selanjutnya yaitu asas organisasi ini: apakah akan memilih sosialisme keadilan sosial ataukah pancasila dan akhirnya pancasila diterima sebagai asas organisasi
- Untuk menyelesaikan masalah ini Kongres PGRI di Bandung menugaskan kepada Pengurus Besar PGRI terpilih dalam Kongres V untuk secepatnya :
1. Melaksanakan penyesuaian golongan gaji pegawai berdasarkan
Peraturan Pemerintah yang telah ditetapkan.
2. Menyelesaikan pelaksanaan upaya pemberian penghargaan kepada
golongan “Non”- dalam bentuk pembayaran pemulihan.
3. Mendesak
pemerintah agar segera menyusun peraturan gaji baru.
4. Mendudukan wakil PGRI dalam Panitia Penyusunan Peraturan Gaji
Baru, baik secara langsung maupn melalui Vaksentral.
- Menjelang Kongres V dilaksanakan, jumlah cabang PGRI ada 301 dengan jumlah anggota 39.000 orang. Hal ini menunjukan PGRI semakin berkembang. Oleh karena itu konsolidasi organisasi perlu dilaksanakan terus-menerus sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PGRI.
- AD/ART harus mengantisipasi munculnya organisasi baru baik di dalam maupun diluar PGRI. Membuka kemungkinan organisasi yang bernaung di bawah PGRI berperan lebih aktif dengan pemberian peran yang lebih besar. Struktur organisasi disetiap jenjang harus dapat mendukung gerak langkah organisasi yang lebih transparan, demokratis, dan kolektif. Jika tidak para anggota akan mencari alternatif lain yang akan memungkinkan mereka dapat dihargai, diakui, dan diberi kebebasan menyampaikan aspirasinya secara lebih aktif. Struktur organisasi harus luwes sehingga daerah dapat memilih yang paling sesuai dengan kondisi daerahnya dan perlu ada batasan dan koridor yang tidak boleh dilewaati
Kongres V membuahkan hasil menggembirakan di antaranya sebagai
berikut :
1. 47
cabang PGRI di Sulawesi dan Kalimantan masuk kedalam barisan PGRI.
3. Pada bulan April 1951
tuntutan PGRI kepada pemerintah tentang kenaikan guru Honorium guru dikabulkan.
4. Mulai
dilaksanakannya secara teratur Konferensi-konferensi daerah :
a. Maret
1951 Konferensi Daerah se-Jawa
d. PB PGRI mulai sering melakukan kunjungan ke pengurus-pengurus
daerah atau cabang PGRI
e. PB PGRI berhasil
menerbitkan majalah Suara Guru sebagai alat komunikasi organisasi
1.
Menegaskan kembali pancasila sebagai azaz organisasi.
4. PGRI menjadi anggota Gabung Serikat Buruh Indonesia (SBSI).
- Kongres PGRI V mengandung dua momentum penting yaitu :
1. Menyambut Lustrum PGRI
yang genap berusia 5 tahun
2.
Wujud rasa syukur dan
sukacita yang mendalam karena SGI/PGI (Serikat Guru Indonesia atau Persatuan
Guru Indonesia) meleburkan diri dalam PGRI.
- Kedua momentum ini mengandung makna bahwa Kongres ke V di bandung merupakan Kongres Persatuan.
Komentar
Posting Komentar