MASA BAKTI PGRI XVIII
MASA BAKTI PGRI XVIII
Abstrak
Guru berperan dalam pengembangan
sumber daya manusia secara dinamis prospektif dan mampu menjawab tantangan
dalam masa depan, adanya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai wadah
berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependididkan lainnya merupakan organisasi
perjuangan, organisasi profesi dan ketenagakerjaan yang membudayakan
nilai-nilai Pancasila untuk memajukan pendidikan seluruh rakyat, membela dan
memperjuangkan nasib guru. Keberadaan PGRI pun dengan penuh perjuangan dari
Kaum Guru Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan wujud
kelahiran PGRI. Persatuan Guru Republik Indonesia yang kemudian kita kenal
dengan sebutan PGRI merupakan satu dari organisasi yang beranggotakan guru yang
tidak melihat latar belakang, agama, tingkat pendidikan, satuan pendidikan dan
hal lain. Tentunya kenapa PGRI didirikan mempunyai maksud tertentu.Sejarah
telah menulis terbentuknya PGRI berawal dari banyaknya berdiri organisasi
masyarakat yang berlatar guru, untuk membantu perjuangan Bangsa Indonesia.
Kemudian munculah sebuah gagasan
untuk mempersatukan para guru dalam suatu wadah dengan misi dan visi yang sama,
maka ketika proklamasi kemerdekaan diikrarkan rencana itu semakin matang hingga
disusunlah kongres PGRI pertama di Surakarta. Namun ternyata proklamasi kemerdekaan
tidak serta merta membuat Indonesia terbebas.Ternyata dari pihak penjajah tidak
terima begitu saja. Disinilah kemudian timbul sebuah pertanyaan yakni seperti
apa situasi sejarah di awal terbentuknya PGRI, bagaimana pula situasinya dan
sepeti apa andil PGRI selang waktu 1945-1958 dalam membantu perjuangan Bangsa
Indonesia
Salah satu amanat Kongres XVIII
dalam memasuki era reformasiadalah memperbaiki persepsi yang keliru terhadap
PGRI yang selama initelah terkontaminasi dalam proses perjalanan masa lalu. Hal
itu perludilakukan mengingat masih banyaknya pihak yang belum memilikiwawasan
yang komprehensif terhadap PGRI.Masih banyak pihak yangmemandang PGRI hanya
dari aspektertentu secara sempit dalam bentukserpihan-serpihan yang tidak
terpadu dan dilandasi oleh pentingan tertentu.Sebagai akibatnya adalah
berkembangnya persepsi yang kurang tepatterhadap PGRI.Keadaan itu sudah tentu
banyak menimbulkan hal yangkurang menguntungkan bagi PGRI dan terutama bagi
anggotanya.Bagianini ditunjukan untuk memberikan rambu-rambu yang dapat
memberikancitra yang tepat bagi PGRI.
Sejak kelahirannya lebihdari
setengah abad yang lalu bersamaan dengan kelahiran RepublikIndonesia, PGRI
telah membuktikan dirinya sebagai organisasi yang masihlestasi hingga kini
tentunya untuk masa-masa yang akan datang. Dalammenghadapi tantangan era global
memasuki abad ke-21, PGRI harus tetapkonsisten terhadap jati diri yang
bersumber pada visi dan misi depannya,yaitu mewujudkan PGRI sebagai organisasi
dinamis, mandiri, danberwibawa yang dicintai oleh anggotanya, disegani oleh
mitranya dandiakui keberadaannya oleh masyarakat luas
SUSUNAN PB-PGRI MASA BAKTI XVIII(1998-2003) :
Ketua Umum : Prof. Dr. Mohammad Surya
Ketua : 1. Drs. H. Alwi
Nurdin. M M
2. Drs. WDF Rindorindo
3. Drs. Soekarno
4. Prof. Dr. Amaran Halim
5. Koesrin Wardjojo. SIP. SH
6. Dr. M. Ali. SH. DIPI.ED. M. Sc.
Sekertaris
Jenderal : Drs. Sulaiman SB Ismaya
Wakil
Sekertaris Jenderal : 1. Drs. Rusli Yunus
2. Drs. H. Hudava
Bendahara : Drs. H. Sjafroedin. DA
Wakil Bendahara : Ny. Hj. Jajoek, M. Asat, BA
PEMBAHASAN
1. Pertanggungjawaban
PB-PGRI (1998-2003)
Dalam kongres yang diadakan sesudah
masa bhakti (sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga, pasal 47 bab
XVII), paling tidak memuat acara pokok (sesuai bunyi pasal 50, bab XVII,
anggaran rumah tangga PGRI) yaitu : Laporan pertanggungjawaban pengurus besar,
Penetapan program kerja termasuk anggaran untuk lima tahun yang akan dating,
dan Mengadakan pemilihan pengurus besar.
Masa bakti pengurus XVIII, di awali
28 November 1998 dan semestinya akan berakhir pada tanggal 28 November 2003,
untuk mencapai usia masa bakti itu genap lima tahun. Akan tetapi dalam
konferensi pusat IV PGRI ( 28 31 Juli 2002) telah diputuskan bahwa kongres XIX
ditetapkan pada bulan juli 2003 dengan pertimbangan, bahwa pada bulan November
2003 adalah hari bulan puasa dan situasi lebaran. Maka, atas dasar itu
ditetapkan pada bulan juli 2003 bersamaan dengan berlangsungnya saat libur
akhir sekolah di akhir tahun ajaran. Dengan demikian masa bakti kepengurusan
XVIII (1998 2003) efektif hanya 4 tahun
8 bulan.
Pengurus besar PGRI masa bakti
1998-2003 mulai melakukan tugasnya secara nasional dan internasional mengemban
amanat kongres XVIII PGRI tahun 1998. Secara keseluruhan laporan PB PGRI masa
bakti 1998 - 2003 terdiri dari empat bagian yaitu : Laporan umum sebagai
pengantar, Tentang laporan departemen dan keuangan, Laporan anak lembaga dan
badan khusus PGRI, dan Lampiran memuat laporan daftar infentaris barang-barang
kekayaan PB PGRI dan lampiran lainnya.
2. Keorganisasian
Dari sisi kehidupan organisasi hal ini memberikan
pengaruh positif, dimana organisasi PGRI turut tumbuh dan berkembang dan turut
berkompetisi didaerah bersamaan elemen-elemen lainnya dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara secara lebih efektif. Strategi dasar dalam
reformasi organisasi adalah meningkatkan kualitas komunikasi organisasi dan
peningkatan keberdayaan sumber daya manusia organisasi dalam berbagai jenjang.
Untuk mewujudkan amanat tersebut, PGRI menggunakan empat strategi dasar dengan
metode :
a. Intesifikasi silaturahmi secara vertikal, horizontal,
dan diagonal baik internal maupun
eksternal.
b. Optimalisasi kemitraan secara seimbang dengan berbagai
pihak terkait atas dasar saling menghormati.
c. Aktualisasi program kerja yang lebih berpusat pada hak
dan martabat anggota.
d. Transparansi manajemen organisasi dalam bebagai
tingkatan organisasi.
3. Kesejahteraan
Kesejahteraan guru merupakan inti dari keseluruhan
perjuangan PGRI khususnya dalam amanat Kongres XVIII. Kesejahteraan guru dapat
berwujud kesejahteraan materiil maupun non-materiil yang ditopang oleh lima
pilar, yaitu : Imbal jasa, Rasa aman, Kondisi kerja, Hubungan antar-pribadi,
dan Kepastian karier. Beberapa aktifitas
proses dan hasil program berkenaan dengan kesejahteraan antara lain sebagai
berikut :
a. Tahun 1999
1) Pada bulan Juni 1999 PB-PGRI
bekerjasama dengan RCTI dengan sponsor perusahaan B- 29 dapat memberikan
bantuan kepada sekitar 200 guru masing-masing Rp 1.000.000. data akurat belum
diberikan kepada PB-PGRI sedangkan bantuan langsung disampaikan oleh RCTI B-29.
2) Tanggal 18 November 1999 PB-PGRI
bekerjasama dengan universitas terbuka
mendapat dana dari kantor menko kesra bagi 1000 orang guru untuk
menempuh Program D-II Guru SD 1000 orang anak guru yang kuliah pada perguruan guru
negri.
3) Melakukan advokasi kepada Presiden
BJ Habibie dan desakan ke DPR-RI yang kemudian membuahkan hasil seluruh pegawai
negeri mendapatkan tunjangan penghasilan sebesar Rp 150.000.
b. Tahun 2000
1) Mengadakan pertemuan dengan Wakil
Presiden Megawati. PB-PGRI mengajukan agar anggaran pendidikan dinaikkan
menjadi 25% dari APBN.
2) Advokasi kepada Mendiknas dengan
substansi yang sama.
3) Advokasi kepada Ketua/Pimpinan
DPR-RI untuk substansi sama dengan yang diajukan kepada Presiden.
4) Karena Anggaran Pendidikan pada
zaman Presiden Soeharto hanya 9% dari APBN, pada masa Presiden BJ Habibie
dijanjikan 20%, tetapi pada masa Presiden KH. Abdurrahman Wahid anggaran
pendidikan hanya 3,8% yang kemudian memicu PB - PGRI untuk berjuang lebih
intensif.
5) PB-PGRI membuat satuan Tugas yang
dinamakan, ” Komite Perjuangan Perbaikan Kesejahteraan Guru” disingkat KP2KG.
Satgas ini bertugas secara khusus dan intensif untuk memperjuangkan
kesejahteraan guru melalui berbagai pendekatan dan cara.
6) Dengan KP2KG, PB-PGRI mengadakan
advokasi ke Wapres Megawati, Mendiknas, Ketua Bappenas, Pimpinan DPR-RI dan 10
Fraksi di DPR-RI. Sambutan cukup baik meskipun dalam pelaksanaan kurang
memberikan harapan yang nyata kepada PGRI.
7) KP2KG menyerukan kesiapan perjuangan
kepada KP2KG tingkat I dan II bahkan sampai anggota agar perjuangan butir-butir
yang telah dirumuskan secara nasional dengan tema ” Guru Menggugat”.
c. Tahun 2001
1) Keluarnya Keppres 64/2001 tentang
kenaikan gaji (pokok gaji) dan kenaikan tunjangan fungsional yang diberlakukan
mulai Januari 2001.
2) Melalui kerjasama dengan Ditjen
Dikdasmen (Direktorat Tenaga Kerja Pendidikan) dalam pelaksanaannya, PGRI
disemua tingkatan di ikut sertakan dalam komite pengelolaan.
3) Menjelang peringatan Hari Guru Nasional
Tahun 2001, Presiden sangat peduli dengan kesejahteraan guru dan setuju apabila
guru memiliki satu sistem penggajian tersendiri.
4) Dalam kesempatan itu kesempatan itu
PB-PGRI menyampaikan makalah yang berjudul ”Sistem Remunerasi Guru yang Berkeadilan”
yang mendapat respon positif. Lokakarya juga menyepakati bahwa sambil menata
suatu sistem remunerasi yang khusus, akan diupayakan realisasi tunjangan
fungsional guru.
d. Tahun 2002
a. PB-PGRI terus mendorong pemerintah
dan DPR-RI agar semua komitmet yang telah dinyatakan di tahun 2001 segera
direalisasikan.
b. Menjelang sidang tahunan MPR,
PB-PGRI melakukan lobi dan advokasi dengan berbagai unsur di DPR dan MPR dengan
kaitan amandemen UUD 1945. hasil yang dicapai adalah adanya amandemen Pasal 31
UUD1945 termasuk hal yang berkenaan dengan dengan anggaran pendidikan (pasal 31
ayat 4).
c. PB-PGRI terus memperjuangkan agar
otonomi daerah desentralisasi pendidikan dapat dilaksakan dengan memposisikan
pendidikan dan guru swbagai prioritas utama pembangunan daerah dalam kerangka
kesatuan nasional.
d. Bersama dengan Depdiknas, Depag,
Kantor menpan, dan BKN sedang dikembangkan suatu sistem kenaikan pangkat para
guru yang lebih berkeadilan dari segi pangkat, jabatan, golongan/ruang, dan
tunjangan.
4. Ketenagakerjaan
Anggaran dasar PGRI Bab III pasal 3
tentang jatidiri produk keputusan Kongres PGRI 18 di Lembang, Jawa Barat
menyatakan bahwa, ”PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan
organisasi ketenagakerjaan”. Karena PGRI telah menegaskan kembali sebagai
organisasi Serikat Pekerja, maka PGRI telah bekerjasama dengan ILO proyek
ACILS, FES, maupun ICFTU. Sebagai perwujudan kerjasma tersebut maka anggota
PGRI telah disertakan dalam latihan, baik tingkat Training Of Trainers (TOT)
maupun latihan dasar. Selain pelatihan, PGRI juga telah mendapat banyak
dukungan moral dari serikat Pekerja lainnya, misalnya telah berhasil
memenangkan tuntutan 95 orang guru dari Aceh senilai kurang lebih
3.700.000.000.
5. Perundang-undangan
Hal yang berkenaan dengan
perundang-undangan merupakan salah satu amanat Kongres XVII, dan selama periode
masa bhakti XVIII PB- PGRI telah, sedang, akan memperjuangkan :
1. Revisi
terhadap UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem Nasional. Dalam peengrmbangan
rencana peraturan pemerintah sebagai penjabaran dari RUU Sisdiknas PB-PGRI ikut
terlibat langsung dan memberikan masukan-masukan yang cukup bermakna.
2. PGRI mulai
dari Presiden (waktu itu adalah BJ Habibie) selama 3 tahun terakhir proses
pengembangan, pembahasan dan sosialisasi telah dilakukan termasuk dengan komisi
VI DPR-RI dan telah mendapatkan tanggapan positif.
3. PB-PGRI ikut serta secara aktif memberikan masukan kepada DPR dan kepada
PB-MPR dalam upaya
amandemen UUD 1945 khususnya yang berkenaan dengan pendidikan dan guru.
4. Dalam kaitan
implementasi UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, PB-PGRI ikut
memberikan masukan dalam upaya pengamanan implementasi UU tersebut. Inti
perjuangan PGRI ialah agar otonomi daerah berdasarkan UU No. 22/1999
tersebut mampu mengatasi berbagai permasalahan pendidikan khususnya Guru.
6. Reformasi
Pendidikan Nasional
Diantara program- program inovatif
dalam upaya reformasi pendidikan yang sekarang sedang berjalan adalah
pendekatan BBE (Broar-Based Education), atau pendidikan berbasis luas,
Pendidikan Berorientasi Keterlampilan Hidup ( Life Skills Education), Pendidikan
untuk Semua (Education For All), Kurukulum Berbasis Kompetensi, Manajemen
Berbasis Sekolah, Pendidikan Berbasis Masyarakat, pembentukan Dewan Pendidikan
Daerah dan Komite Sekolah, UAS (Ujian Akhir Sekolah) dan UAN ( Ujian Akhir
Nasional) sebagai alternatif dari Ebtanas penilaian portofolio dan sebagainya.
Upaya reformasi pendidikan nasional
hanya akan berwujud apabila guru mendapat tempat yang sentral dan menjadi
prioritas utama. Sebungan dengan itu, PGRI menekankan agar masalah guru dalam
rangka reformasi pendidikan nasional PGRI mendapat perhatian dan prioritas
utama mengingat peranan guru yang fundamental.
7. Kemitraan
Nasional dan Internasional
Kemitraan yang berimbang merupakan
salah satu strategi perjuangan PGRI baik ditingkat internasional, nasional
maupun daerah. Selama ini PGRI telah mengembangkan jaringan kemitraan sebagai
berikut : Pertama, dengan pihak Legislatif (DPR-RI dan MPR-RI) telah dibina
hubungan kemitraan yang konstruktif bagi upaya perjuangan PGRI. Kedua, dengan
pihak eksekutif ( Depdiknas, dan departemen/lembaga terkait lainnya) telah,
terjalin kerja sama yang cukup kondusif. Ketiga, PB-PGRI telah terbina
kemitraan dengan berbagai organisasi lain yang memiliki keterkaitan seperti
PWI, PKK, IPPK, PKBI, Lembaga Perlidangan Anak, Komnas HAM, Kowani, LM3 (
Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok), Komnas PMM ( Komite Nasional
Penanggulangan Masalah Merokok), dan Koalisi untuk Indonesia Sehat. Keempat,
dalam konteks global, PGRI memiliki hubungan organisasi guru ditingkat
Internasional dan Regional baik bilateral maupun unilateral. Beberapa hasil
dari jalinan kemitraan Internasional antara lain :
a. Adanya bantuan dari Ei melalui
konsorsium organisasi guru Swedia, Kanada, Amerika Serikat, Norwegia, Jepang,
Belanda, dan Australia. Bantuan ini berupa dukungan dana untuk pelatihan
dipusat maupun di daerah dan telah berlangsung sejak tahun 1999 hingga
sekarang.
b. Ketua umum PB-PGRI duduk dalam
kepengurusan EI untuk kawasan Asia-Pasifik.
c. Perjuangan PGRI telah masuk dalam
salah satu resolusi Konferensi EI Asia-Pasifik di India tahun 2000 dan Kongres
Guru se-Dunia di Thailand tahun 2001.
d. Dalam Konvensi ATC di Thailand,
Hanoi, dan Brunei Darussalam, PGRI berperan secara aktif dalam penyajian materi
dan country report.
e. PGRI telah menyampaikan kertas kerja
dalam Pertemuan Guru Nusantara (PGN) di Brunei Darussalam tahun 2002.
f. Ketua umum PB-PGRI mendapat
penghormatan untuk menjadi salah seorang pembicara dalam beberapa konferensi
Internasional, antara lain konferensi tentang pendidikan nilai yang di adakan
oleh EI Istambul, Turki, bulan April 2002. acara ini dilanjutkan lagi di Malta
tahun 2002 dan dihadiri oleh WDF Rindorindo.
g. Dikawasan Asia Pasifik, utusan PGRI
berperan serta dalam sejumlah konferensi Internasional, yaitu konferensi
pendidikan yang diadakan oleh SEAMEO bulan April 2001 di Thailand, pengembangan
managemen berbasis sekolah yang dilakukan oleh UNICEF di Thailand pada bulan
Desember tahun 2000, seminar Internasional tentang desentralisasi pendidikan di
Canberra,Australia, yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia di Australia
National University dan KBRI di Canberra.
h. Disamping itu kerjasama bilateral
telah terbina dengan STU ( Singapura), Kurusapha (Thailand), JTU ( Jepang),
KFTA ( Korea Selatan), PGGMB (Brunei Darussalam), AEU (Australia), dan NUTP (
Malaysia).
Daftar
pustaka
Sumber :
Komentar
Posting Komentar